06 Februari 2008

Didemo Korban Lumpur Rumah Lapindo Tetap Laris Manis

Didemo Korban Lumpur Rumah Lapindo Tetap Laris Manis

Tuesday, 05 February 2008
Sidoarjo, Kahuripan Nirwana Village (KNV), sebuah kawasan hunian baru yang dibangun divisi perumahan Bakrie Group, ternyata banyak diminati warga korban lumpur. Sekitar 1.000 warga menyatakan akan mengambil rumah di sana. Namun kelompok korban lumpur lainnya, justru mengecamnya.
Pro kontra terkait rencana relokasi tidak membuat sebagian warga korban lumpur membatalkan niatnya memesan rumah yang disediakan PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ). Sedikitnya ada sekitar 1.000 orang yang saat ini sudah menyatakan pesan rumah di lokasi yang ada diperbatasan Kecamatan Taman - Sukodono tersebut.

“Dari kelompok saya sudah ada 300 orang yang teken,” ujar Suharso, ketua kelompok pedagang Pasar Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin. Jumlah tersebut kata Suharso diperkirakan tiap hari terus bertambah. Pria berkacamatan yang dulu dikenal vokal dalam bernegosiasi dengan Lapindo Brantas Inc untuk memperjuangkan haknya, mengaku bersikap pragmatis dalam menempuh jalan ini.

Menurut dia, jika harus menunggu proses pembayaran sisa ganti rugi sebesar 80 persen, mereka baru mendapatkannya setelah Mei 2008. Namun dengan menyetujui mengambil rumah di KNV, mereka mendapat kemudahan. Di antaranya, langsung mendapat rumah yang layak huni dan sisa uang ganti rugi diberikan langsung setelah dipotong nilai rumah.

Hal ini kemudian yang memicu warga korban lumpur lainnya berunjukrasa ke pendapa. Mereka memrotes cara-cara itu sebagai upaya PT MLJ memecahbelah persatuan warga korban lumpur. Warga meminta PT MLJ mendahulukan kewajibannya membayar ganti rugi kepada mereka yang hingga kini belum dilaksanakan, kendati proses untuk itu sudah ditempuh warga.
Vice President PT MLJ, Andi Darussalam Tabussala mengatakan, apa yang mereka lakukan sebenarnya tidak ada hubungannya dengan proses pembayaran ganti rugi. “Kami berbisnis rumah. Kami ingin membantu warga korban lumpur yang ingin membelinya dengan memberi kemudahan. Bukan maksud kami memecahbelah warga,” kata tokoh sepak bola nasional itu.

Kendati demikian, Andi meminta maaf jika langkahnya dianggap tidak pada tempatnya. Ke depan dia berjanji akan mengevaluasi diri. Namun proses jual beli rumah yang sudah ditempuh warga korban lumpur tidak akan dibatalkan. Bahkan peluncuran perdana KNV yang dijadwalkan tanggal 9 Februari 2008 tetap akan dilangsungkan.
Pasca demo warga yang menentang penjualan rumah oleh PT MLJ tanggal 31 Januari 2008, ternyata masih banyak warga korban lumpur yang ingin tahu bagaimana rumah yang ditawarkan. Sebuah maket berukuran sekitar 3 x 1 meter yang diletakkan di ruang Madura Hotel Shangri-La setiap hari selalu menjadi jujugan warga korban lumpur. “Kami ingin tahu lokasi dan rumahnya bagaimana,” ujar salah satu warga yang melihat maket tersebut.

Rumah tersebut dibangun oleh PT Wahana Artha Raya di atas lahan seluas lebih dari 1.000 hektare. Tipe rumah yang disediakan terdiri tipe 36/90 hingga tipe 100/180 dengan harga jual antara Rp 84 juta hingga Rp 220 juta./Wiwit Purwanto

Tidak ada komentar: