15 Februari 2008

Bergairah di Kelas Bawah

Bergairah di Kelas Bawah

Thursday, 14 February 2008
Semburan lumpur Lapindo sempat menghantam industri properti di Sidoarjo. Psikologi pasar terguncang. Dalam kurun waktu hampir setahun, para pengembang perumahan di daerah itu lesu darah karena tergerusnya omzet penjualan. Tetapi kondisi tersebut perlahan mulai berubah, seiring membaiknya komponen pendukung industri properti. Bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang sempat bertengger di angka 12 persen, kini sudah beringsut pada kisaran 9 persen.

”Awal tahun lalu memang pasarnya agak seret. Tapi seiring meredanya isu lumpur dan turunnya bunga KPR, sejak Agustus 2007 lalu pasar properti sudah bergairah lagi. Teman-teman pengembang saya lihat juga sudah mulai tersenyum lagi,” kata Andy Soegiardjo, Sekretaris Real Estate Indonesia (REI) Komisariat Sidoarjo, Senin (11/2).
Isu kenaikan harga bahan bangunan, juga turut mendorong minat konsumen segera membeli rumah, sebelum harganya naik.

Tren positif pasar properti di Sidoarjo itu terlihat dari omzet penjualan rumah oleh pengembang. Dari beberapa titik kawasan perumahan yang digarap pengembang, sudah mulai diserap pasar. Dari sekitar 50 perusahaan properti yang kini eksis di Sidoarjo, setiap bulan rata-rata mampu menjual antara 10 hingga 20 unit rumah dengan omzet hingga Rp 2 miliar.
”Kalau 20 rumah per bulan kali 50 pengembang, berarti sudah berapa jumlah unit rumah yang terjual. Ini kami rasakan sejak lima bulan terakhir,” tambah Sony Wibisono, pengembang Anggrek Mas Regency, Sidoarjo, yang juga Wakil Ketua DPD REI Jatim.

Meski demikian, pergerakan pasar itu masih di level rumah menengah ke bawah, yang mematok harga Rp 200 jutaan hingga Rp 50 jutaan. Untuk rumah tipe ini, beberapa pengembang membangunnya sebagai Rumah Sederhana Sehat (RSh).
Hal ini dibenarkan Rully Hanandia, Direktur Puri Surya Jaya. Dari tiga proyek perumahan yang kini dikembangkannya, kawasan RSH yang dibangun di Pepe, Sedati yang paling mendapat respons pasar. Dari 1.300 unit rumah yang dibangun dan dijual seharga Rp 49 jutaan itu, kini hampir ludes terjual.

”Penjualan RSh memberi konstribusi terbesar dari perolehan omzet kami secara keseluruhan,” kata Rully.
Tahun ini, dari segi kuantitas/unit, penjualan Puri Surya Jaya masih diharapkan dari rumah-rumah kelas menengah dan bawah, sekitar 80 persen, dan diperkirakan hanya 20 persen dari sektor rumah kelas atas atau high end. Namun, kontribusi pasar high end itu meningkat dibanding tahun lalu yang hanya 10 persen. Kenaikan itu didorong oleh peningkatan pendapatan kelas menengah dan memilih membeli rumah yang lebih bagus, maupun renovasi.

PT Indraprasta Graha Utama (IGU), pengembang perumahan di kawasan Watoe Toelis, Kecamatan Prambon, menawarkan unit rumah sederhana sehat (RSh) dengan harga murah. Meski tanpa ada diskon, harga ini diyakini sangat terjangkau dengan kantong masyarakat kelas menengah bawah.
Bredawanto, Direktur PT IGU menjelaskan, harga RSh yang ditawarkannya mulai Rp 55,5 juta hingga Rp 115 juta dengan tipe mulai 36 hingga 70. “Kami akan membangun 653 unit RSh di kawasan itu,” kata Bredawanto.

Luas area yang dimiliki IGU sekitar 18 hektare. Dari jumlah itu, luas yang akan ditanami rumah sekitar 12 hektare, termasuk untuk pembangunan 16 unit Rumah Wira Usaha (RWU) dan Rumah Toko (Ruko).

Dari rencana tahap pertama yang akan dibangun, saat ini sudah diserap pembeli sekitar 200 unit. “Secara resmi kami akan memulai pembangunannya pada Februari mendatang, dan targetnya Mei-Juni kunci rumah sudah kami serahkan kepada pemilik,” terang Bredawanto.
Membaiknya pasar properti itu juga tidak lepas dari dukungan Pemkab Sidoarjo dalam membangun infrastuktur pendukung. Proses pengurusan izin pengembangan rumah, kata Andy, juga tak terlalu ribet. ”Kalau saya perhatikan, semua saling mendukung untuk memulihkan kondisi perekonomian Sidoarjo,” kata Sony Wibisono.

Meski kompetisinya ketat tapi masih berlangsung sehat. Bahkan sesama pengembang saling mendukung dan bertukar informasi terkait perkembangan pasar perumahan. ”Misalnya kalau ada pameran atau penurunan suku bunga KPR, kita langsung share ke teman-teman pengembang. Sehingga seluruh pengembang bisa terlibat aktif menggairahkan pasar,” tambah Andy Soegiardjo.

Tidak ada komentar: