26 Agustus 2008

Akses Penanggulan Diblokade, Sehari Diguncang Dua Demo
Tuesday, 26 August 2008
Sidoarjo - Surya-Dalam sehari, Senin (25/8), Sidoarjo diguncang dua aksi demo yang melibatkan banyak massa. Aksi pertama, melibatkan ribuan warga korban lumpur dari 14 desa yang menuntut cash and carry.
Bahkan, aksi yang tergabung dalam Geppres (Gerakan Pendukung Perpres) itu, menutup seluruh akses menunju pusat semburan. Akibatnya seluruh aktifitas penanggulan kemarin lumpuh.
Aksi dilakukan warga sejak pagi, dengan menduduki enam titik lokasi yang digunakan sebagai akses aktifitas penanggulan. Ke enam titik tersebut terletak di Desa Ketapang Demak, Ketapang Keres, Renokenongo, Besuki, Mindi dan Pejarakan.

“Kami menutup enam pintu masuk ke lokasi penanggulan, sampai pembayaran 80 persen dibayar. Selama belum dibayar, kami tidak akan membuka blokade,” ancam Heri, salah satu warga Desa Kedungbendo, di lokasi pintu masuk Ketapang Keres Desa Kedungbendo.

Untuk menjaga agar blokade tidak dibuka petugas, warga sebagian terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak, sengaja membuat tenda dari terpal dan bambu untuk berteduh. Mereka juga sengaja memasang poster dan spanduk, di antara tenda dan palang lintasan KA.

Humas BPLS, Akhmad Zulkarnain, mengatakan akibat aksi warga penanggulan terhenti. Padahal, lumpur yang berada di tanggul utama (tanggul cincin) ketinggiannya hampir mencapai bibir tanggul yang paling atas. “Posisi lumpur sekarang tinggal sekitar 30 sm dengan bibir tanggul,” jelas Zulkarnain.

Pihaknya khwatir, jika tidak dilakukan penguatan dan peninggian tanggul maka akan terjadi luberan lumpur panas. Karena saat ini, pembuangan lumpur di Kali Porong juga tidak ada aktifitas dan lumpur dialirkan ke kolam penampungan di Utara pusat semburan.
Sementara itu, ribuan buruh PT Arta Glory Buana Kecamatan Candi, memblokade Jalan Raya Gelam karena gaji mereka selama tiga bulan belum diberikan manajemen perusahaan garmen tersebut.
Sebelumnya, para buruh sudah berkumpul di depan pabrik. Mereka sengaja tidak masuk pabrik, tetapi menutup separuh bahu jalan Raya Candi yang mengakibatkan arus lalulintas sedikit terganggu.
Priyadi, salah satu pengurus serikat pekerja setempat mengatakan, aksi ini adalah puncak kekesalan buruh. “Ada beberapa tuntutan kami, upah berjalan dan lembur yang belum terbayar, serta tunjangan makan di atas tiga jam,” katanya.
Karena bahu jalan tertutup, arus lalu lintas dari Sidoarjo ke arah Malang terpaksa dibelokkan melalui Pasar Larangan menuju jalur alternatif lewat Wonoayu.
Setelah 30 menit beraksi, para buruh bersedia masuk pabrik untuk melakukan pembicaraan dengan manajemen.
Rencananya, buruh ini akan menggelar aksi lagi di DPRD Sidoarjo. “Kami akan terus melakukan aksi, sampai tuntutan kami dipenuhi,” ujar salah satu buruh yang mengaku sudah 16 tahun bekerja di pabrik garmen itu. iit

Tidak ada komentar: