15 Desember 2007

Kena Lumpur, Bakrie Malah Terkaya

JawaPos : Jumat, 14 Des 2007,
Kena Lumpur, Bakrie Malah Terkaya

Majalah Forbes Sebut Kekayaannya Rp 50,22 T
JAKARTA - Kasus luapan lumpur Lapindo di Sidoarjo, agaknya, tak sampai menyedot kekayaan keluarga Aburizal Bakrie. Majalah bisnis terkemuka Forbes kemarin menempatkan Menko Kesra itu di peringkat teratas daftar 40 orang terkaya Indonesia tahun ini.

Kekayaan Ical -panggilan akrab Aburizal Bakrie- dan keluarga ditaksir USD 5,4 miliar (sekitar Rp 50,22 triliun, dengan kurs USD 1 = Rp 9.300). Menurut laporan Forbes, yang bakal diterbitkan dalam edisi 24 Desember nanti, total kekayaan keluarga Bakrie melonjak lebih dari empat kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu USD 1,2 miliar (sekitar Rp 11,16 triliun). Saat itu, Bakrie "hanya" berada di urutan keenam.

Dengan kekayaannya tersebut, Bakrie menggusur posisi Sukanto Tanoto di peringkat teratas. Tahun ini bos Grup Raja Garuda Mas itu turun ke posisi kedua dengan total kekayaan USD 4,7 miliar (sekitar Rp 43,71 triliun). Meski begitu, tulis Forbes, sebagaimana halnya Bakrie, kekayaan Tanoto meningkat cukup tajam dibandingkan dengan tahun lalu USD 2,8 miliar (sekitar Rp 26,04 triliun).

Forbes menuturkan, kekayaan keluarga Bakrie berasal dari bisnis di sektor infrastruktur, properti, tambang, dan telekomunikasi. "Tetapi, kontribusi terbesar kekayaannya tahun ini berasal dari lonjakan harga saham (perusahaan) tambang miliknya, Bumi Resources, sebesar 600 persen," tulis majalah tersebut.

PT Bumi Resources Tbk -mayoritas sahamnya dimiliki keluarga Bakrie melalui PT Bakrie Capital Indonesia-adalah perusahaan tambang minyak dan batu bara. Bisnis batu bara dikelola lewat PT Kaltim Prima Coal, produsen dan eksporter batu bara termal terbesar di dunia, dan PT Arutmin Indonesia.

Selama sembilan bulan pertama tahun ini, laba bersih PT Bumi Resources Tbk mencapai USD 800,02 juta atau naik 422,92 persen ketimbang periode sama tahun lalu USD 152,99 juta. Lonjakan laba itu didorong penjualan saham di dua anak perusahaannya, yaitu PT Arutmin dan PT Kaltim Prima Coal. Pendapatannya diproyeksikan terus melonjak tahun depan seiring tren kenaikan harga minyak dan peningkatan pendapatan dari hasil akuisisi. Saham PT Bumi Resources Tbk pun diburu investor di pasar modal.

Tetapi, laporan Forbes itu juga agak ironis. Sebab, Bakrie, 60, disorot tajam di tanah air. PT Lapindo Brantas Inc., perusahaan eksplorasi migas yang saham terbesarnya dimiliki keluarga Bakrie lewat PT Energi Mega Persada, menjadi pemicu luapan lumpur (mud volcano) di Sidoarjo, Jatim, sejak Mei tahun lalu.

Luapan lumpur menyebabkan ribuan orang kehilangan rumah dan tanah. Banyak perusahaan dan industri kecil yang ikut hancur akibat lumpur. Banyak pakar berpendapat bahwa eksplorasi Lapindo memicu luapan Lumpur. Sedangkan Lapindo bersikukuh bahwa gempa sebagai penyebabnya.

Sukses Sukanto Tanoto bertahan dalam daftar miliarder Indonesia versi majalah Forbes juga ternoda. Taipan asal Belawan, Medan, itu berjaya melalui bisnis pulp, kertas, dan kelapa sawit melalui dua perusahaannya yang terbesar, yaitu PT Asian Agri Group dan Asia Pacific Resources International Holdings Ltd. (APRIL).

Pertengahan tahun ini pria yang lahir dengan nama Tan Kang Hoo itu diburu karena kasus penggelapan pajak PT Asian Agri senilai Rp 786 miliar. PT Asian Agri juga dituduh melakukan korupsi dalam pembelian sejumlah aset melalui BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) pada 2003.

Secara umum, Forbes mengungkapkan, total kekayaan 40 taipan bisnis Indonesia tahun ini ditaksir senilai USD 40 miliar (sekitar Rp 372 triliun) atau naik hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pada 2006. Yang termasuk dalam daftar majalah itu adalah para taipan bisnis dengan nilai aset minimal USD 120 juta (sekitar Rp 1,116 triliun).

Sebelas di antara 40 pengusaha terkaya itu, tulis Forbes, masuk golongan billionaires (memiliki kekayaan pribadi di atas USD 1 miliar atau sekitar Rp 9,3 triliun).

Untuk kali pertama, Bambang Trihatmodjo masuk daftar 40 orang Indonesia terkaya tahun ini. Anak ketiga mantan Presiden Soeharto itu ditaksir memiliki kekayaan USD 200 juta (sekitar Rp 1,86 triliun) dan berada di peringkat ke-33.

Suami artis Mayangsari itu tercatat sebagai pemilik 13 persen saham konglomerasi media PT Global Mediacom Tbk (dulu PT Bimantara Citra Tbk). Soeharto, 86, yang disebut Transparency International mengumpulkan kekayaan USD 15 miliar (sekitar Rp 139,5 triliun) selama 32 tahun berkuasa, tidak masuk daftar tersebut.

Satu-satunya perempuan Indonesia terkaya dalam daftar itu adalah Kartini Muljadi. Pemilik PT Tempo Scan Pacific, perusahaan farmasi, itu berada di peringkat ke-28 dengan nilai kekayaan USD 260 juta (sekitar Rp 2,418 triliun). Tahun lalu dia berada di urutan ke-24 dengan kekayaan USD 225 juta (sekitar Rp 2,093 triliun).


Tanggapan Bakrie

Bagaimana reaksi Aburizal Bakrie atas laporan Forbes? Mantan ketua umum Kadin itu belum berhasil dihubungi. Tetapi, Lalu Mara Satriawangsa, orang dekat Bakrie yang saat ini dipercaya sebagai staf khusus di Kantor Menko Kesra, menyatakan bahwa sejak masuk Kabinet Indonesia Bersatu pada 2004, Bakrie sudah tidak lagi masuk struktur organisasi perusahaan keluarga yang dibangunnya.

Bahkan, kata dia, saat menjadi salah seorang ketua Golkar pada 2003, Ical -panggilan Aburizal Bakrie- sudah lepas dari struktur perusahaan. Itu berlanjut pada 2004, saat dia menjadi Menko Perekonomian dan kemudian Menko Kesra pada 2005.

Karena itu, Lalu Mara menolak anggapan bahwa pundi-pundi kekayaan keluarga Bakrie membesar akibat jabatan politis Ical. "Sejak keluar dari struktur organisasi, bapak tidak lagi mengurusi bisnis. Beliau fokus untuk mengurusi urusan pemerintahan. Sekarang saja masih di Bali," ujarnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin (13/12).

Menurut Lalu Mara, bisnis Bakrie telah diurusi profesional dan anggota keluarga yang lain. "Ada Indra Bakrie, Nirwan Bakrie (chairman PT Bakrie Capital), dan Anindya Bakrie (Presdir PT Bakrie Telecom dan antv)," tuturnya.

Dia lantas menuturkan pengalamannya bekerja dengan keluarga Bakrie. Orang, kata Lalu Mara, sering hanya melihat kesuksesan dari hasil tanpa mengindahkan proses. Padahal, keluarga Bakrie telah berbisnis sejak 1942. "Selama kurun waktu tersebut, proses panjang jatuh bangun telah dilalui," katanya.

"Saat kita enak-enak tidur, mereka justru sedang bekerja. Yang saya tahu, mereka adalah pengusaha ulung dan pekerja keras. Kebanyakan mereka istirahat kurang dari delapan jam," tambahnya.

Dihubungi secara terpisah, Presdir PT Bakrie Telecom Anindya Bakrie menuturkan bahwa almarhum kakeknya, Achmad Bakrie, selalu mengajarkan pentingnya menjaga kepercayaan. "Saat krisis pada 1998, kami tidak lari. Kami menghadapi para kreditor. Kami menjual saham PT Bakrie & Brothers yang merupakan flagship dan menjadi minoritas. Tetapi, dengan catatan, jika bisnis membaik, kami bisa membeli kembali saham tersebut," ungkapnya.

Anak pertama Ical itu kini dipercaya untuk memimpin PT Bakrie Telecom (operator telekomunikasi Esia) dan PT Citra Andalas Televisi (antv).


Rp 2,44 T untuk Lumpur

Dikonfirmasi secara terpisah, Yuniwati Teryana, vice president Human Resources & Relation Lapindo Brantas Inc., menyatakan, sejauh ini pihaknya telah mengeluarkan dana Rp 2,44 triliun untuk menangani luapan lumpur. Rinciannya, Rp 279 miliar untuk penanggulangan masalah sosial dampak lumpur, Rp 873 miliar untuk penutupan semburan lumpur, dan Rp 698 miliar untuk penanggulangan luberan lumpur.

Selain itu, Rp 590 miliar untuk jual beli tanah sebagai realisasi pembayaran uang muka ganti rugi 20 persen (bagi sekitar 11 ribu lebih KK korban lumpur).

Dia memastikan Lapindo Brantas Inc. akan menanggung kewajibannya. "Tetapi, bukan berarti dana kami tidak terbatas. Kami hanya menyatakan, untuk setiap tanggung jawab yang dibebankan kepada kami, kami akan usahakan sekuat mungkin agar dapat terpenuhi," ujarnya kemarin (13/12).

Menurut dia, dana yang dikucurkan Lapindo tersebut belum termasuk sisa pembayaran ganti rugi 80 persen. Berdasar Perpres Nomor 14 Tahun 2007, Lapindo dibebani kewajiban menyediakan dana Rp 3,8 triliun. Yakni, Rp 2,5 triliun untuk mengganti kerusakan rumah dan tanah milik warga serta Rp 1,3 triliun untuk menutup semburan lumpur.

"Kami tetap akan melaksanakan kewajiban membayar sisa ganti rugi 80 persen tersebut," tegasnya. "Kami akan berikan opsi untuk diganti dalam bentuk resettlement. Saat ini kami sedang mematangkan konsepnya," lanjutnya.

Dari mana Lapindo memperoleh dananya? "Tentu saja Lapindo tidak akan sanggup sendirian. Lapindo dibantu oleh grup (Bakrie)," katanya.(AP/AFP/iw/sat/dwi)

Tidak ada komentar: