22 Desember 2007

Jembatan Pengganti Dikebut

Sabtu, 22 Des 2007,
Jembatan Pengganti Dikebut

SIDOARJO - Gonjang-ganjing akibat ramalan pakar ITS bahwa umur Jembatan Porong tinggal enam bulan ternyata membawa hikmah. Pemerintah akhirnya mencurahkan perhatian untuk mewujudkan jembatan dan jalur alternatif pengganti jalan arteri dan Jembatan Porong. Untuk proyek itu, dialokasikan dana Rp 3 miliar lebih.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Sidoarjo Bambang Joelianto mengatakan, jalur alternatif yang masuk dalam rencana perbaikan itu meliputi jalan-jalan desa yang menghubungkan kawasan Porong dengan Mojosari, di Kabupaten Mojokerto. Yakni jalur antara Tanggulangin, Tulangan, hingga di sekitar pabrik kertas PT Pakerin, di Prambon.

Sampai kemarin, jalan-jalan di jalur tersebut masih sempit. Lebarnya tidak sampai lebih dari 5 meter. Sebelah kiri dan kanan bahu jalan dipenuhi banyak lubang menganga. "Sebenarnya, kami sudah memikirkan upaya perbaikan jalur alternatif itu sejak pelaksanaan tahun anggaran 2007. Tapi, ternyata tidak ada PAK (perubahan anggaran dan kegiatan)," beber Bambang. "Di samping itu, ada rekomendasi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) agar hati-hati menggunakan dana dari APBD," imbuh dia.

Bambang melanjutkan, alokasi anggaran Rp 3 miliar tersebut, selain akan digunakan untuk membiayai perbaikan jalan, juga dimanfaatkan untuk membiayai pelebaran badan jalan dari 5 meter menjadi 7 meter.

Jalur alternatif dengan panjang sekitar 18 kilometer itu juga direncanakan untuk menjadi jalur penyangga atas jalur alternatif antara Krian-Mojosari, yang saat ini sedang diperbaiki dan diperlebar oleh Dinas PU Bina Marga Jawa Timur.

Di lapangan terlihat, jalur alternatif Krian- Mojosari itu saat ini tengah dilebarkan, dari 10 meter menjadi 20 meter. Pelebaran 10 meter itu dilakukan pada bahu jalan sisi kanan dan kiri, masing-masing 5 meter.

Selain itu, sejumlah jembatan pada jalur Krian-Mojosari juga diperlebar dengan membuat jembatan baru. Ada enam jembatan di jalur tersebut yang sedang diperlebar. Dari ukuran lebar sekarang rata-rata 8 meter, diperlebar dua kali lipat menjadi sekitar 16 meter. Proses pelebaran itu sudah selesai sekitar 75 persen. Diperkirakan tahun 2008 sudah bisa dipergunakan. Enam jembatan itu berlokasi di Desa Ngrame, Kecamatan Mojosari; Desa Kedung Wonokerto dan Desa Watutulis, Kecamatan Prambon; serta Jembatan Desa Tropodo di Kecamatan Krian.

Enam jembatan tersebut dibangun menjadi dua arah dari Mojosari dan Krian. Jarak tiap jembatan rata-rata 500 meter sampai 1 kilometer. Jarak Jembatan Prambon sampai Krian diperkirakan 7 kilometer.

Jembatan Ngrame kemarin sudah 75 persen terbangun dengan kukuh. Pekerjaan yang belum selesai tinggal pengaspalan jalan. Pengaspalan jembatan sudah diselesaikan sebelumnya. Ruas jembatan juga dibagi dua arah. Masing-masing arah memiliki lebar 8 meter dan panjang 200 meter. Penggarapan dimulai sejak Oktober 2008 dan diperkirakan berakhir satu bulan ke depan. Hingga kemarin, ruas yang dilewati kendaraan baru dari arah Krian ke Mojosari. Meski begitu, tidak ada kemacetan.

Selain dibiayai dari APBD Kabupaten Sidoarjo, perbaikan dan pelebaran jalan di jalur alternatif Tanggulangin-Mojosari itu juga akan dibiayai dari APBD Provinsi Jawa Timur. "Saat ini kami masih menunggu kucuran dana dari APBD Sidoarjo tahun anggaran 2008. Juga dana dari APBD Provinsi Jawa Timur. Begitu disahkan, kami langsung kerjakan," papar Bambang.

Sementara itu, saat ramalannya mendapatkan respons luas dari berbagai pihak, pakar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Teguh Hariyanto justru sulit ditemui. Beberapa kali Jawa Pos meminta waktu bertemu, Teguh berusaha menghindar dengan mengatakan sedang sibuk.

Setelah berkali-kali dihubungi, akhirnya Teguh akhirnya bersedia menjawab beberapa pertanyaan kemarin. Ahli ilmu geomatika itu mengatakan bahwa prediksinya soal Jembatan Porong adalah prediksi ekstrem. "Itu perkiraan paling buruk. Artinya, belum tentu enam bulan," katanya ketika dihubungi kemarin (21/12). Prediksi Jembatan Porong bertahan enam bulan memang datang dari Teguh di sela-sela Simposium Alternatif Penanganan Lumpur Lapindo di Rektorat ITS pada Rabu lalu (19/12).

Sekali lagi ditanya soal dari mana datangnya hitungan enam bulan, Teguh tidak bisa memberikan jawaban tegas. "Itu hanya prediksi," tegasnya mengulangi. "Yah, mungkin di sekitar Jembatan Porong memang belum ada subsidence (penurunan tanah, Red)," tambah Teguh, bertolak belakang dengan pernyataannya sebelumnya.

Meski demikian, Teguh mengatakan telah melakukan penelitian sejak seminggu yang lalu bersama mahasiswanya. Dia mengaku sedang memanfaatkan laboratorium transportasi jurusan teknik sipil dalam penelitian tersebut. Teguh menambahkan, saat ini dirinya sedang mengumpulkan data ketinggian tanah di daerah sekitar semburan. Dia berjanji memberikan data lengkap setelah penelitiannya rampung. (sat/riq/ara/kim)

Tidak ada komentar: