20 November 2008

Rel KA Terendam 4 Jam Glagah Arum Terancam

Rel KA Terendam 4 Jam Glagah Arum Terancam

Wednesday, 19 November 2008
SIDOARJO-SURYA-Perjalanan kereta api (KA) dari Surabaya ke arah selatan terhambat selama empat jam, mulai pukul 20.05 WIB hingga 23.35 WIB, akibat rel di KM 32.500 - KM 33.500 tepatnya di daerah Siring, Porong, terendam air.
Saat itu KA barang yang berangkat dari Surabaya tidak bisa melanjutkan perjalanan. KA itu berhenti karena ketinggian air hingga 30 sentimeter dari rel. Sementara KA Pentaran jurusan Blitar-Surabaya harus menunggu di Stasiun Bangil, Pasuruan.

“Mesin KA barang langsung dimatikan untuk menghindari dinamo yang ada di bawah KA terbakar. Kalau dipaksakan berjalan akibatnya bisa fatal,” ujar Humas PT KA Daop VIII Surabaya Sugeng Priyono di lokasi, Selasa (18/11).

Menurut Sugeng, rel KA yang tergenang air itu sepanjang satu kilometer. Di sisi timur rel terendam akibat luberan dari Jl Raya Porong yang sebelumnya ditinggikan 60 cm. Di sisi barat, akibat luapan air dari tanggul Siring. Jalur KA itu layaknya sungai yang sedang menampung air hujan. “Kalau begini terus paling enak ya diingoni lele,” guraunya.

Dijelaskan Sugeng, sebelum Lebaran lalu, PT KA sudah mengajukan ke Dirjen Perkeretaapian agar posisi rel ditinggikan satu meter. Tujuannya untuk mengimbangi Jl Raya Porong. Namun hingga kini usulan itu masih belum ada realisasinya. “KA tidak bisa tergantung cuaca. Kalau hujan berhenti. Pelayanan harus berjalan supaya masyarakat yang menggujakan jasa KA tidak kecewa,” ungkapnya.

Berdasarkan pantauan Surya, air yang menggenangi rel KA sudah sedikit berkurang dibanding, Senin malam. Air masih tampak di bagian tengah, sisi kiri dan kanan bantalan rel. Meski demikian, KA masih bisa berjalan tapi tidak bisa dengan kecepatan tinggi. “Kecepatan rata-rata 5-10 km/jam. Kondisi tanah sini (Siring) kan labil. Takutnya bantalan rel ambles,” ujar Sugeng.

Di sisi lain, Desa Glagah Arum, Kecamatan Porong, kondisinya memprihatinkan. Desa itu terancam luberan air kolam penampungan Reno Kenongo yang sudah melewati tanggul. Bahkan kini sudah mengalir ke permukiman. Jalur alternatif Surabaya-Malang yang melewati Glagah Arum pun, juga terancam putus.

Air yang sudah meluap ke pekarangan warga Glagah Arum RT 01 warnanya kecokelatan karena bercampur gerusan sirtu. “Kalau sampai terus begini (tidak ditanggulangi) Glagah Arum akan ikut terendam seperti Reno Kenongo,” tutur Majid, salah seorang warga saat ditemui di tanggul Reno Kenongo.

Menurut Majid, air yang sudah mengalir ke Glagah Arum tidak bisa lagi mengalir ke sungai Reno Kenongo. “Jalan satu-satunya agar air tidak sampai meluap harus segera ditanggul. Kalau tidak, Glagah arum kukut (habis) bahkan jalur alternatif juga akan terputus akibat genangan air dan lumpur,” ujarnya.

Dijelaskan Majid, meluapnya air ke Glagah Arum sangat ironis, karena PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ) sendiri yang tidak konsekwen terhadap pembayaran warga Reno Kenongo sebesar 20 persen. “Jika sudah dibayar, air tidak akan meluap. Ya yang menanggung risikonya masyarakat kecil. Lapindo hanya melihat saja,” terang Majid sambil menggelengkan kepala. mif

Dampak Pengalihan Aliran Lumpur

MELUBERNYA air tanggul Reno Kenongo ke Glagah Arum merupakan dampak pengaliran lumpur ke sisi utara. Akibatnya aliran air terkonsentrasi mencari lokasi yang lebih rendah. Salah satunya menuju kolam penampungan Reno Kenongo.

Penjelasan ini disampaikan Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Ahmad Zulkarnaen. Ia mengungkapkan pengaliran lumpur ke arah utara oleh PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ) itu dilaksanakan pada pekan kemarin.

“Tanggul cincin harus ditinggikan dan aliran lumpur dibuang ke selatan,” jelasnya.
Meski di titik 42 sudah disiapkan mesin penyedot sebanyak sembilan unit, namun tidak akan mampu menopang air yang demikian banyak. Karena air dan Lumpur yang keluar dari semburan utama cukup banyak ditambah dengan debit air hujan.

“Terlebih penting lagi PT MLJ harus menyelesaikan pembayaran 20 persen supaya proses penanggulan bisa berjalan,” tegas Zulkarnaen. mif

Tidak ada komentar: