15 November 2008

Jalan Berliku Pertahankan Tanah Reno

Jalan Berliku Pertahankan Tanah Reno

suarasurabaya.net| Pandangan FATKUROHMAN menerawang jauh di sebuah bangunan yang telah terendam separuhnya. Dinding bangunan itu tak lagi utuh. Atapnya yang tertutup genting tanah coklat sudah raib entah kemana.

Bersama sekitar 10 pemuda desa Renokenongo, ia berganti giliran menggunakan sampan sederhana menyeberang ke rumahnya yang kini sudah berada di tengah danau air bercampur lumpur.

Setelah lebih dari 2,5 tahun bertahan, akhirnya pertahanan Desa Renokenongo itu jebol juga di awal Oktober lalu. Hantaman lumpur itu seakan palu godam kesekian kalinya yang diterima FATKUROHMAN dan 500 KK lainnya warga Reno. Selama ini mereka masih bertahan di Pasar Baru Porong dengan keteguhan tuntutan berbeda dengan lebih dari 90% korban lumpur lainnya.

Selama 2 tahun keukeh dengan pendirian itu, akhirnya sikap rakyat RENO di bawah pimpinan SUNARTO itu luluh juga. Medio 2008, mereka akhirnya menerima skema ganti rugi 20-80 yang ditawarkan Minarak Lapindo Jaya.

Prosedur perjanjian ikatan jual beli (PIJB)pun dijalankan, dan dijanjikan dalam 2 bulan aka nada realisasi. Namun hingga awal Nopember 2008, hanya tabungan tanpa isi yang mereka terima.

Pada momentum bersamaan, Badan Pelaksana Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (Bapel BPLS) telah menyiapkan rancangan penanggulangan lumpur berupa pembangunan tanggul yang membelah Desa Renokenongo. Ini untuk menyelamatkan Desa Glagah Arum dan bagian Timur Desa Renokenongo, kata ACHMAD ZULKARNAIN Humas Bapel BPLS.

Pembangunan tanggul itu pun sempat maju mundur lantaran warga Reno menggunakannya sebagai penguat posisi tawar. Beberapa kali pembuatan tanggul dihadang warga Reno. Sampai akhirnya perjanjian pun dibuat melibatkan tokoh masyarakat Reno. Isinya, warga memberikan kesempatan bagi Bapel BPLS membangun tanggul, dan di sisi lain Bapel BPLS akan mendorong percepatan proses PIJB.

“Mulai tanggal 10 Oktober lalu sebenarnya kita sudah berjalan lancar. Tapi tanggal 6 Nopember lalu kita dihadang warga lagi karena tiba-tiba proses pencairan macet,” ujar IJUL, panggilan akrab ZULKARNAIN.

SUDARTO satu diantara pentolan warga reno yang ditemui suarasurabaya.net di atas tanggul Reno mengatakan saat ini pendudukan tanggul adalah satu-satunya cara agar PT Minarak mau mempercepat pencairan PIJB.

“Kalau tidak diginikan, mereka tidak cepat memproses. Padahal kami sudah menunggu sangat lama. Kita dijanjikan dalam tempo 2 minggu sebenarnya sudah bisa cair, ternyata 2 bulan belum cair-cair juga,” katanya.

Bagaimanapun juga langkah warga Reno ini menurut IJUL cukup beresiko membuat lumpur meluber kemana-mana. “Dengan cuaca yang bersahabat, mungkin tanggul-tanggul yang ada bisa menahan lumpur selama sekitar 2 minggu. Tapi kalau sudah hujan, kita tidak bisa prediksi lagi,” paparnya.

Menurut FATKUR, saat ini warga Reno hanya memikirkan bagaimana uang ganti rugi berupa uang muka 20 % itu bisa cair. “Kita harus menata hidup lagi, mas. Sudah 2 tahun lebih kita hidup tidak menentu. Mudah-mudahan dengan uang ganti rugi ini, kita bisa tetap bertahan meskipun tanpa tanah kelahiran kita,” ucapnya.(edy)

Tidak ada komentar: