06 Mei 2008

Paling Lambat 1 Juni, Harga BBM Naik

Paling Lambat 1 Juni, Harga BBM Naik, Rata-rata Sebesar 30 Persen

Tuesday, 06 May 2008
Jakarta-Surya-Rapat Terbatas yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (5/5) sore, akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Disebutkan bahwa kenaikannya secara terbatas, atau harganya yang baru masih dalam jangkauan masyarakat dan pelaku usaha. Kebijakan kenaikan harga BBM ini akan diikuti dengan penghematan secara total konsumsi BBM dengan berbagai langkah. Sedangkan untuk masyarakat kelas ekonomi lemah, pemerintah akan menyiapkan pemberian kompensasi yang cukup besar guna meredam dampak kenaikan.

Namun, berapa persentase kenaikan dan tanggal pasti pemberlakuan kenaikan harga BBM tersebut, Menko Perekonomian Boediono hanya mengatakan hal itu masih dihitung secara rinci.

"Kalau waktu pengumuman kenaikan harga BBM, pemerintah masih mempersiapkan. Tunggu beberapa minggu ke depan," tandas Boediono yang bulan ini bakal segera menduduki jabatan barunya sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI).

Yang pasti, kenaikan harga BBM itu tinggal tunggu hari H, bukan lagi menunggu dalam bilangan bulan. Itu ditegaskan sendiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Tahapan sekarang ini bukan lagi bicara (harga BBM) naik atau tidak naik. Tetapi, (kita sudah bicara) kalau naik, naiknya berapa? Apakah 20 persen, 25 persen atau 30 persen, dan mengapa sampai pada angka itu," kata SBY dalam jamuan makan siang dengan tokoh media massa di Istana Negara, Jakarta, Senin (5/5).

Berdasarkan informasi yang dihimpun Surya, Senin (5/5) malam kemarin, besaran kenaikan yang tengah dihitung pemerintah, rata-rata sebesar 30 persen. Dengan kenaikan sebesar itu, perkiraan penghematan anggaran subsidi bias mencapai Rp 30 triliun. Kenaikan harga BBM itu disebut-sebut paling lambat diputuskan pada 1 Juni mendatang.

Presiden mengingatkan, kondisi ekonomi Indonesia sangat sulit akibat kenaikan harga minyak mentah dan harga pangan di dunia internasional. Harga minyak dunia memang terus bergejolak dan kemarin diperdagangkan di kisaran 116 dolar AS per barel.

Padahal, berdasarkan APBN-Perubahan 2008, harga minyak dunia yang bisa ditoleransi anggaran adalah 95 dolar AS per barel. Artinya, semakin tinggi harga minyak di pasar dunia, semakin besar pemerintah harus menomboki subsidi yang ada.

"Ini krisis global, semua negara menghadapi persoalan sama," kata Presiden.
Menyusul tingginya harga minyak mentah dunia tersebut, pengamat ekonomi khawatir APBN akan jebol karena tak kuat menanggung beban subsidi BBM, yang bisa melonjak jadi Rp 200 triliun.

Jika pemerintah terus menunda rencana tersebut, maka kenaikan harga BBM akan semakin besar. "Paling lambat Juni sudah harus diumumkan (kenaikan harga BBM). Naik 30 persen masih OK-lah," kata ekonom INDEF, Avilliani.

Sementara itu, Ketua DPR Agung Laksono mengatakan, sebelum menaikkan BBM, pemerintah sebaiknya memilih opsi-opsi lain yang tidak memberatkan rakyat. Menurut dia, kebijakan menaikkan harga BBM tidak tepat di tengah kondisi ekonomi rakyat seperti sekarang ini.

Solusinya, kata Agung, pemerintah bisa melakukan penjadwalan ulang (rescheduling) pembayaran utang dalam dan luar negeri yang selama ini menguras APBN sebesar Rp155 triliun per tahun.

"Menurut pandangan saya, cari upaya lain (sebelum menaikkan harga BBM). Misalnya penjadwalan kembali pembayaran utang dalam dan luar negeri karena total cicilan per tahun berikut bunga mencapai Rp 155 triliun. Misalnya, kita bisa minta untuk menunda pembayaran, atau penjadwalan pembayarannya dikaji lagi," kata Agung di Gedung DPR, Senin (5/5).ytz/jbp/had/kcm/ant

1 komentar:

masal mengatakan...

wah susah dong hidup ini